Meingintip Kisah Inspiratif: Awardee BPI Asal Cianjur Sabet Nilai Tertinggi Program Magister Di FIP UPI

Minggu, 19 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FIP UPI (Dr. Euis Kurniati, M.Pd.) menyerahkan sertifikat penghargaan lulusan terbaik program magister kepada Mochammad Devi Cahya Ruhimat di sela kegiatan bimbingan karir calon wisudawan gelombang III FIP UPI (13/10)

Foto : Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FIP UPI (Dr. Euis Kurniati, M.Pd.) menyerahkan sertifikat penghargaan lulusan terbaik program magister kepada Mochammad Devi Cahya Ruhimat di sela kegiatan bimbingan karir calon wisudawan gelombang III FIP UPI (13/10)

Bandung, dialektikakita.com – Di balik toga dan piagam penghargaan sebagai lulusan terbaik S2 Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dari kampus ternama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bulan Oktober 2025, ada sosok sederhana yang jarang tersorot kamera.

Seorang guru honorer asal SMP Cendikia Sukahegar (SMP CS) Cianjur, bernama Mochammad Devi Cahya Ruhimat. Tak bergaji besar, tak bersandar pada prestise, namun mampu menorehkan prestasi akademik tertinggi di salah satu kampus terbaik tanah air.

Capaian putra ketiga dari pasangan Bpk. Aten Tabroni (67) dan Ibu Nani Kurniati (64) itu sungguh tidak bisa disepelekan. Ia bukan hanya lulus dengan IPK 4.00 dalam durasi 4 semester.

Tetapi juga berhasil mempublikasikan 12 karya ilmiah selama 1 tahun (2024-2025) di jurnal bereputasi internasional dan nasional – melalui kolaborasi dengan penulis dari 5 negara, serta best presenter dalam International Conference.

Penerima anugerah Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) skema S2 PTK dari Kemdiktisaintek dan LPDP itu mengaku – bahwa sejak awal, jalan studi yang ditempuh tidak pernah mudah. Meski beruntung menjadi penerima BPI sejak tahun 2023, petualangan meniti ilmu di kampus sebesar UPI, tetap tidak sederhana.

Selain mengerjakan ragam tugas perkuliahan yang hilir-mudik, ia harus memenuhi daftar syarat ujian akhir yang menantang.

Mulai dari skor TOEFL hingga menaklukan publikasi ilmiah pada jurnal bereputasi. “Tugas-tugas kuliah dan syarat lulus S2 di UPI, sejak awal memang berbeda bila dibandingkan dengan syarat lulus di kampus lain yang saya tahu.

Tapi justru itu yang membuat proses ini menjadi menarik. Saya didorong untuk mencapai performa akademik yang sebelumnya belum pernah saya capai!” terang Devi.

Menyiratkan tekad menuntut ilmu yang enggan menyerah pada tantangan. Justru dari tekanan yang timbul atas tantangan itu, lahir ketangguhan mental yang langka ditemukan; sabar dengan sejumlah keterbatasan alat, membaca ratusan jurnal, selalu mengerjakan tugas sedini mungkin dan bersemangat hadir kuliah, aktif menginisiasi masalah sosial dan menjadikannya bahan diskusi penelitian bersama dosen, dan menyusun artikel ilmiah.

Berkat rekam prestisiusnya itu, ia kini menjadi official reviewer pada dua jurnal lingkup kajian pendidikan bereputasi Sinta 2 dan Sinta 3.

Hal menarik lain terungkap ketika penulis menanyakan motivasinya yang paling besar. Ia menuturkan “Saya merasa beruntung bisa kuliah di UPI dengan dukungan BPI.

Tapi untuk menempuh ini, saya harus mempertaruhkan begitu banyak hal. Termasuk kebutuhan anak dan istri yang dapat terganggu kapan saja. Dengan pertaruhan itu, bodoh rasanya – bila studi ini hanya sekedar tuntas. Saya harus gigih dan prestatif, sebagai pernyataan kepada mereka (keluarga), bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia”.

Mencerminkan motivasi internal yang kokoh, sebagai pijakan langkah maupun lompatan sepanjang menempuh perkuliahan. Ia pun mengaku bahagia atas dukungan kuat sang Istri, Siti Rubai’ah, dan kedua putranya.

Berupaya menelisik kisahnya yang menarik, penulis beranjak mewawancarai dosen pembimbingnya selama studi, yaitu pakar kebijakan pendidikan Dr. Eka Prihatin, M.Pd, serta pakar perencanaan pendidikan – Dr. Taufani C. Kurniatun, M.Si di program studi Administrasi Pendidikan. “Pak Devi itu, intens hadir di kampus. Tidak hanya aktif selama di kelas, dia sering meminta waktu tambahan untuk diskusi dan bimbingan. Dia senang mengevaluasi kekurangannya sendiri, lalu meminta saran-saran perbaikan” terang Dr. Taufani.

Di lain pihak, Dr. Eka menambahkan “Orangnya suka konsisten baca dan diskusi ya! Karena kombinasi dari kedua hal itu, dia sering punya inisiatif merespon masalah-masalah pendidikan melalui penelitian”.

Dari kawan sekelasnya, Devi Ruhimat diketahui sebagai pribadi sederhana yang konsisten dalam memilih lingkungan. Bukan bermaksud menutup diri, tetapi ia sadar, bahwa tidak semua pergaulan membawa manfaat.

Ia lebih memilih lingkaran kecil berupa 3 hingga 5 orang sahabat yang sama-sama mengejar mimpi, fokus berkarya, dan saling bertukar referensi ketika ragu, serta saling mengingatkan untuk kemajuan. Ia menjauhkan dirinya dari cyrcle borjuis yang penuh aksen glamour dan percakapan ‘kosong’.

Sebaliknya, dari pada turut serta dalam kegiatan hura-hura, ia selalu lebih memilih menulis di teras masjid kampus Al Furqon yang sejuk.

Menilik statusnya sebagai guru honorer asal daerah dengan indeks pendidikan yang rendah, ia mengaku pernah diremehkan berulang kali lantaran aspek ekonomi. Meski demikian, nyala semangat dalam hatinya tidak pernah redup. Alih-alih padam, semangatnya justru kian membara dari waktu ke waktu. Lebih-lebih, karena dosen-dosen program studi Administrasi Pendidikan selalu memberikan mentorship yang brilian dan berbagai dukungan yang sangat berharga. “Saya ingin membuktikan bahwa keterbatasan adalah pemantik agar kekuatan dapat menyala. Gayung bersambut dengan itikad itu, Allah Swt. juga menolong saya lewat dukungan dosen-dosen Adpend yang tidak hanya ahli berkarya.

Tetapi juga istimewa dalam memberi bimbingan berkarya” jelas pria kelahiran 1993 itu menginspirasi penulis. Tatkala hari kelulusan tiba, namanya disebut sebagai lulusan terbaik fakultas. Mengungguli ratusan magister dari 11 program studi lain yang turut lulus dalam waktu yang sama.

Ruang aula seketika bergemuruh dan bertepuk tangan, beberapa audiens menatap kagum kepada pemilik akun Instagram @ruhimat.mochammad itu. Sebagian lainnya sontak saling berbisik “bagaimana bisa – studi 4 semester menghasilkan IPK 4, sekaligus belasan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi?”. Keterbatasan ekonominya sebegai guru honorer, dan kegiatan menulisnya yang nyaris tidak pernah ‘diiklankan’, membuat publik luas keheranan dengan capain itu.

Namun hari itu, bukan keterbatasan ekonomi yang berbicara, melainkan kehormatan pendidik sebagai pembelajar penuh integritas yang diakui oleh salah satu kampus ternama di Indonesia. Berkat prestasi gemilangnya yang meluas dengan cepat, pria dua anak itu mengaku telah menerima sejumlah tawaran posisi dosen. Tetapi belum mengambil keputusan.

Sebagai alumni S2 Administrasi Pendidikan UPI yang memilih konsentrasi kajian perencanaan dan kebijakan pendidikan, Devi Ruhimat menaruh perhatian yang tinggi terhadap ketimpangan layanan pendidikan di tanah air. Ia aktif mengambil peran untuk mengatasi soal krusial itu melalui penelitian-penelitian yang relevan. Aktivitas lain yang kini ia tekuni adalah memimpin Epistelion, sebuah komunitas yang ia inisiasi bersama cyrcle kecilnya, untuk memberikan layanan pelatihan menulis karya ilmiah secara rutin dan gratis bagi dosen-dosen baru, guru dan mahasiswa. Kegiatan itu mereka maknai sebagai kontribusi nyata terhadap pembangunan sumber daya manusia pendidikan di Indonesia secara luas, mengingat banyak mahasiswa yang kebingungan dalam kegiatan menulis karya ilmiah. Kontribusi ini disambut oleh antusias publik yang tinggi. Nampak dari 269 peserta yang terlibat dalam Webinar Menulis Artikel Ilmiah besutan Epistelion, baru-baru ini.

Atas capaian prestisius ini, Devi Ruhimat mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukungnya, serta berkomitmen untuk memanfaatkan ilmunya dengan baik. “Selain kepada ayah ibu, anak istri, dan saudara kandung yang selalu menguatkan, serta dosen-dosen yang tak henti mendukung, saya sangat berterimakasih kepada Kemdiktisaintek dan LPDP yang telah menganugerahkan beasiswa penuh kepada saya. Tanpa semua itu, sulit rasanya bisa menuntaskan S2 ini. Adapun selanjutnya, dengan segala keterbatasan yang ada, ilmu yang telah saya peroleh harus berguna untuk keluarga, bangsa dan negara. Amin” pungkasnya kepada penulis (15/10) usai wisuda.

Melalui perenungan mendalam, penulis melihat bahwa kisah ini bukan tentang prestasi yang mengejutkan. Tetapi tentang perjuangan pembelajar yang penuh dedikasi, sehingga selalu refleks mensiasati rintangan. Ketika mahasiswa pada umumnya tergiur dengan kesenangan dan lebih mengekspresikan keremajaan, ia membaca dalam sunyi. Tatkala kebanyakan pembelajar main game selama ber jam-jam, ia menulis puluhan jam per minggu. Manakala pembelajar lain scroll media sosial dan mencari pengakuan, yang ia scroll ialah ketentuan naskah di laman-laman penerbit karya ilmiah. Ia mengerahkan energi yang ia punya sebanyak mungkin untuk studi. Pengakuan tidak menjadi tujuannya. Tetapi hal itu tiba dengan sendirinya, sebagai konsekuensi logis atas ketahanannya dalam menjamin performa sepanjang jalan studi.
Dari kisah ini penulis belajar. Siapa pun, meski berasal dari pinggir panggung kehidupan, tetap bisa meraih puncak dan bersinar – jika berpegang pada empat hal. Mental dan keyakinan yang tangguh untuk terus belajar, komunikasi yang rendah hati, lingkungan yang menumbuhkan, dan fokus terhadap peningkatan kemanfaatan karya. Keempatnya saling terpadu – memupuk pertumbuhan diri penuntut ilmu yang tidak hanya signifikan dan akseleratif. Tetapi juga berdaya dan berdampak terhadap perkembangan sesama di sekitarnya.

Penulis : Alex

Editor : Jajang Fauzi

Sumber Berita : Kontributor bandung

Berita Terkait

Retreat Pejabat: Investasi Moral atau Penghabisan Anggaran Publik?
Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ditangkap Kejari: Pemerintahan Kota Kembang Diguncang!
GEMA Mathla’ul Anwar Apresiasi Polri atas Pemusnahan 213,84 Ton Narkotika
Ponpes Al-Madinah Cianjur Gelar Silaturahmi Keluarga Besar Eyang Kyai Hasan Maolani
Aksi Unjuk Rasa di Bandung Berjalan Aman Berkat Pendekatan Humanis Polwan Mojang Lodaya
Sespimma Polri Angkatan 74 TA 2025 Laksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di BPBD Jabar
Gerak Cepat PDAM Tirtawening Atasi Krisis Air di Gang Holili
Plt. Dirut Tirtawening Fokus Benahi Layanan dan Polemik Internal
Berita ini 174 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Sabtu, 15 November 2025 - 20:27 WIB

Kapolda Jabar Pimpin Syukuran HUT ke-80 Korps Brimob Polri

Rabu, 12 November 2025 - 16:03 WIB

Peserta Sespimma Polri Angkatan 74 Laksanakan Praktek Kerja Profesi di Polres Batu

Kamis, 30 Oktober 2025 - 19:25 WIB

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ditangkap Kejari: Pemerintahan Kota Kembang Diguncang!

Kamis, 30 Oktober 2025 - 16:21 WIB

GEMA Mathla’ul Anwar Apresiasi Polri atas Pemusnahan 213,84 Ton Narkotika

Rabu, 29 Oktober 2025 - 14:33 WIB

Brimob Polda Jabar Gerak Cepat Tangani Dampak Banjir Bandang di Sukabumi

Jumat, 24 Oktober 2025 - 18:23 WIB

Kecelakaan Tunggal Akibat Jalan Berlubang Terjadi di Cianjur, Warga Keluhkan Minimnya Perbaikan

Rabu, 22 Oktober 2025 - 12:46 WIB

Ponpes Al-Madinah Cianjur Gelar Silaturahmi Keluarga Besar Eyang Kyai Hasan Maolani

Selasa, 21 Oktober 2025 - 20:08 WIB

Guru Ngaji di Cianjur Kecewa, Aturan Baru Soal Insentif Dinilai Tak Adil

Berita Terbaru

Daerah

Kapolda Jabar Pimpin Syukuran HUT ke-80 Korps Brimob Polri

Sabtu, 15 Nov 2025 - 20:27 WIB