Bandung, dialektikakita.com — Aksi unjuk rasa memperingati satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang digelar di Bandung pada Senin (20/10/2025), berlangsung aman dan tertib. Keberhasilan pengamanan ini tidak lepas dari peran Tim Negosiator Mojang Lodaya, yang beranggotakan polisi wanita (Polwan) Polda Jawa Barat.
Tim yang dikenal dengan pendekatan humanis ini menjadi garda terdepan dalam meredam ketegangan dan menjaga suasana tetap kondusif selama aksi berlangsung. Berbalut rompi khas Mojang Lodaya yang memadukan unsur budaya lokal Jawa Barat, para Polwan ini tampil bukan sekadar sebagai pengaman, tetapi juga sebagai jembatan komunikasi antara massa aksi dan aparat.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Hendra Rochmawan, S.I.K., M.H., menilai keberhasilan ini sebagai bentuk nyata efektivitas pendekatan dialog dalam pengamanan unjuk rasa.
“Tim Negosiator Mojang Lodaya terdiri dari Polwan-polwan pilihan yang memiliki kemampuan komunikasi dan empati tinggi. Mereka berada di garis depan, membangun dialog dua arah dengan koordinator aksi dan para peserta. Dengan pendekatan yang tenang, persuasif, dan bersahabat, mereka berhasil menjaga situasi tetap terkendali tanpa harus menggunakan cara-cara represif,” ujar Hendra, Selasa (21/10/2025).
Rompi Mojang Lodaya yang dikenakan para Polwan bukan sekadar atribut visual, melainkan simbol pendekatan yang lebih humanis dan membumi. Keunikan ini turut menciptakan citra kepolisian yang ramah dan dekat dengan masyarakat, serta memperkuat kepercayaan publik terhadap institusi Polri.
Sentuhan feminim dalam strategi pengamanan ini terbukti efektif dalam menjembatani perbedaan pandangan, meredam potensi konflik, dan memastikan bahwa kebebasan berpendapat tetap terjaga dalam koridor hukum.

Hendra menambahkan, kehadiran Polwan di lapangan tak hanya menjamin keamanan, tetapi juga memastikan hak konstitusional masyarakat untuk menyampaikan aspirasi berjalan tanpa hambatan.
“Ini adalah bentuk inovasi pengamanan yang patut menjadi contoh. Kami berharap pendekatan serupa dapat diadopsi oleh wilayah lain, sehingga pengamanan aksi massa tidak lagi identik dengan ketegangan, melainkan menjadi ruang dialog yang sehat dalam demokrasi,” katanya.
Kesuksesan Tim Negosiator Mojang Lodaya dalam mengawal unjuk rasa kali ini menjadi bukti bahwa pendekatan persuasif dan berbasis kearifan lokal dapat menjadi solusi efektif dalam manajemen keamanan publik. Polda Jawa Barat pun kembali menorehkan catatan positif dalam praktik pengamanan yang berorientasi pada dialog dan kemanusiaan.
Penulis : Uzhie
Editor : Jajang Fauzi
Sumber Berita : Humas Polda Jabar











